Catatan Dewi tentang Ahmad. (part 1)

Hai 24 Maret-ku, izinkan aku mengajakmu kembali ke masa-masa itu.

Ingat tidak waktu kamu meminjam kertas kimia ku?
Aku bilang boleh saja, tapi cepat kembalikan, aku sangat membutuhkannya untuk bahan belajar UAS semester 1.
Aku menagih kertas itu padamu tiap kali kamu main di kelasku. Tapi selalu ada saja alasanmu.
UAS semester 1 sudah berlalu dan kamu belum mengembalikan kertas kimia ku. Kesal? Tentu.
Aku bertanya nilai UAS kimiamu, kamu bilang 85 sedangkan aku 80. Hey kamu curang! Ini ga adil.

Ingat tidak waktu aku menginjak kakimu di depan gerbang sekolah? Maaf, itu karena aku kesal padamu. Andai saja kamu kembalikan kertasku pasti nilaiku sudah jauh diatasmu karena semua materi ada di kertas itu.
Mukamu yang meng'aduh' kesakitan itu lucu. Yes! Aku menertawakan itu.

***
Januari 2015, tiba-tiba kamu mengirimiku pesan. Kaget? Sangat.
Mulanya aku menanggapimu biasa lama-lama menjadi obrolan yang menyenangkan.
Alasanku membeli pulsa adalah kamu. Lega jika sudah ada kabar darimu, kalaupun tak ada aku hanya bisa menahan rindu.

***
Aku senang hari ini akan bertemu denganmu, walaupun kamu hanya meminjam buku. Lama sekali menunggumu, tak sabar ingin bertemu.

Pertamakalinya aku merasa begitu nyaman berbicara kepada seorang lelaki dan itu kamu. Semoga pada saat itu kamu juga merasa begitu.

***
Aku tak bisa tidur malam ini, terlalu bahagia karena bertemu denganmu. Ada apa denganku? Apa aku jatuh cinta kepadamu?

Ketahuilah. Sejujurnya aku tidak ingin lebih dari teman. Tapi dahsyatnya cinta monyet sulit ku bendung. Aku berharap lebih padamu.

1 komentar: