Yang tercinta

Orang tuamu mungkin tidak lancar atau mungkin juga sama sekali tidak mengerti Bahasa Inggris. 
Mereka mungkin tidak mengerti teknologi dan tren-tren yang sedang laris.
Mereka mungkin terlihat kuno dan bodoh. Tidak bisa mengajarimu aljabar, tidak mengerti teori ini itu secara panjang lebar.
Mungkin pula kamu pernah malu akan mereka yang menurutmu tidak sekeren orang tua temanmu lainnya.

Dan yang sering terlewati dan belum dipahami, mereka mengerti sekali tugasnya untuk bekerja sehingga kamu punya kesempatan mendapatkan pendidikan tinggi.

Mereka yang paling tahu seperti apa nada tangismu saat baru lahir dulu, mengerti alergi-alergi dan hal apa saja yang harus dihindari. 
Mereka yang paling tahu makanan kesukaanmu, baju favorit pertamamu, tanggalnya gigi susumu, langkah pertama saat kamu belajar berjalan dan jatuh.

Mereka yang sering dianggap tidak keren sama sekali, tanpa kamu ketahui, mencintaimu lebih dari diri sendiri.

Catatan Dewi Tentang Ahmad. (part 2)

Hai masa SMA-ku (nyatanya hanya jadi masa sma)

Kelas depan, kelas belakang. Sekali menoleh keluar jendela nampak senyuman seorang anak laki-laki yang membawa jiwa seorang anak perempuan ke dalam mimpi, selama bertahun-tahun terikat seumur hidup.
***
24 Maret 2015 di Mojomilk cafe yang saat itu sepi.
"Dewi, lagi dimana? Sibuk ga?"

Di rumah. Engga kok, ada apa?

"Bisa ketemu sebentar, ada yang ingin aku bicarakan. Penting."

Bisa. Ketemuan dimana?

"Mojomilk cafe saja, dekat."
***
"Dewi dengarkan aku tanpa menyela, kamu tidak boleh menyela hanya boleh menerima."

"Dewi, aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Lebih tepatnya menyayangimu, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi. Apakah kamu mau menjadi pacarku?"

Heheh bercandaanmu ngga lucu, tentu aku tidak mau..... Tidak mau menolakmu.
***
Denganku kamu tidak selalu bahagia, juga tidak melulu menderita.

Sejak saat itu kita jadi lebih sering bersama. Bermodalkan motor sederhana kamu mengantarku pulang. Sepanjang jalan pulang kamu tak henti-hentinya mengajakku berbicara tentang masa depan. Senang.

"Dewi, suatu hari nanti akan ada masa dimana aku tidak bisa lagi mengantarmu pulang, tidak bisa menghubungimu setiap hari, tidak bisa membantumu saat kamu susah."

Tak apa, aku bisa melewatinya asalkan denganmu.

"Terimakasih, aku beruntung"
***
2018

Ya benar katamu, masa itu sudah terjadi sekarang.
Sampai jumpa di masa yang akan datang, entah kapan.

Catatan Dewi tentang Ahmad. (part 1)

Hai 24 Maret-ku, izinkan aku mengajakmu kembali ke masa-masa itu.

Ingat tidak waktu kamu meminjam kertas kimia ku?
Aku bilang boleh saja, tapi cepat kembalikan, aku sangat membutuhkannya untuk bahan belajar UAS semester 1.
Aku menagih kertas itu padamu tiap kali kamu main di kelasku. Tapi selalu ada saja alasanmu.
UAS semester 1 sudah berlalu dan kamu belum mengembalikan kertas kimia ku. Kesal? Tentu.
Aku bertanya nilai UAS kimiamu, kamu bilang 85 sedangkan aku 80. Hey kamu curang! Ini ga adil.

Ingat tidak waktu aku menginjak kakimu di depan gerbang sekolah? Maaf, itu karena aku kesal padamu. Andai saja kamu kembalikan kertasku pasti nilaiku sudah jauh diatasmu karena semua materi ada di kertas itu.
Mukamu yang meng'aduh' kesakitan itu lucu. Yes! Aku menertawakan itu.

***
Januari 2015, tiba-tiba kamu mengirimiku pesan. Kaget? Sangat.
Mulanya aku menanggapimu biasa lama-lama menjadi obrolan yang menyenangkan.
Alasanku membeli pulsa adalah kamu. Lega jika sudah ada kabar darimu, kalaupun tak ada aku hanya bisa menahan rindu.

***
Aku senang hari ini akan bertemu denganmu, walaupun kamu hanya meminjam buku. Lama sekali menunggumu, tak sabar ingin bertemu.

Pertamakalinya aku merasa begitu nyaman berbicara kepada seorang lelaki dan itu kamu. Semoga pada saat itu kamu juga merasa begitu.

***
Aku tak bisa tidur malam ini, terlalu bahagia karena bertemu denganmu. Ada apa denganku? Apa aku jatuh cinta kepadamu?

Ketahuilah. Sejujurnya aku tidak ingin lebih dari teman. Tapi dahsyatnya cinta monyet sulit ku bendung. Aku berharap lebih padamu.