Surat Untuk Sang Pencipta Rinduku



Hai kamu...
Orang yang selalu ada dipikiranku yang tak pernah kenal waktu. Apa kabar dirimu ? Aku disini baik-baik saja. Walau terkadang dada terasa ngilu karena terlalu lama menunggu dan tak bertemu. Tapi tak apa, karena memang itulah tugasku.
Aku sering menitipkan rindu pada doa-doa yang ku kirim padamu. Tapi kau tak pernah mau tahu. Kau selalu sibuk dengan urusanmu. Selalu mencari sesuatu yang semu. Padahal aku disini telah lama menunggumu. Tak sadarkah kamu ?

Hai kamu...
Orang yang lucu. Kamu selalu membuatku jadi batu setiap kali kau melemparkan senyum itu. Tapi kamu juga membuatku menjadi abu saat aku tau bahwa senyum itu bukan untukku. Menyedihkan menjadi diriku. Hanya bisa mengagumi dari jauh. Hanya bisa mencintaimu, tak bisa memilikimu. Hanya bisa merasa rindu, tak bisa bertemu.
Tak apa, toh juga aku sudah tahu kau takkan mengerti semua itu.

Hai kamu...
Orang yang suka menebar harapan kepadaku. Aku salah menerjemahkan kebaikanmu. Aku salah mengartikan senyummu itu. Ku kira hatimu yang menuju kepadaku. Ternyata kau melemparkan batu ke dadaku. Owhh...Tak apa, aku sudah biasa begitu. Dipeluk lalu dibunuh. Menyakitkan. Tapi menguatkan.

Aku ingin memberitahu kepadamu. Rinduku tak bergaransi. Tapi tak akan pernah rusak. Senyumku memang ku tebar sana sini. Tapi hatiku retak. Ya hatiku retak...

Tetaplah Di Sisiku



Ya Allah…
Dimanakah ku harus berlabuh…
Saat semua dermaga menutup pintu,
Dan berkata “ ini bukan untukmu…”
“Segera menjauh karena disini bukan tempatmu….!!!”

Ya Allah…
Katakan padaku, dermaga untukku berlabuh…???
Agar ku segera menghela nafas kehidupan yang baru.
Sampai kapan ku harus arungi waktu,..
Ku lelah Menunggu suatu yang tak pasti walau hanya Satu...

Ya Allah …
Beri aku penerang jalan-Mu
Agar tak tersesat saat ku melaju,..
Kuatkan awak kapalku,
Saat badai menghalangi jalanku

Ya Allah …
Tetaplah disisiku,
Jangan Engkau menjauh dariku…
Karena ku mati tanpa hadir-Mu


By : Dewanthi Pramithasari

KAMU



Kamu..
Apa kamu tak bisa melihat ku? Sebegitu kecilnya kah aku di matamu? Atau aku hanya butiran debu ?
Kamu..
Aku punya sesuatu yang kamu mau. Yang selalu kamu cari dan tak ketemu. Sesuatu yang kau anggap semu. Aku punya itu. 
Kamu..
Coba tutup matamu dan dengarlah suara hatiku. Agar kamu tahu akan keberadaanku.

Kamu..
Aku tahu aku tak pernah nampak di duniamu. Karena aku tertimbun jauh. Tertimbun oleh keinginan-keinginanmu. Keinginan untuk bertemu oleh tulang rusukmu. Aku juga tertinggal jauh olehmu dalam pertualangan pencarian pujaan hatimu.
Kamu..
Itu semua tak menghentikanku. Biarlah kepalaku sekeras batu. Biarlah hati ini merasa sakit, menjadi tua dan abu-abu. Semua itu menguatkanku. Semua itu mendewasakanku. Semua itu mengajarkanku. Bahwa untuk mendapatkanmu, aku harus mengalahkan aku.

Mulai mengenal cara dunia bekerja

Semakin dewasa semakin aku bisa mengenal bagaimana dunia ini bekerja dengan berbagai macam jenis manusia di dalamnya...
Semakin dewasa pun aku semakin bisa mengenal bagaimana orang-orang yang selama ini berada di sampingku...
Ada yang memang benar-benar baik, ada yang munafik dan ada juga yang memang terlihat sangat tidak baik...
Jika sekarang ini aku disuruh memilih kawan, aku akan memilih kawan yang memang benar-benar dapat berkata apa adanya padaku...
Jika memang aku buruk di matanya, teman yang ku sukai meski menyakiti hanya sesaat adalah dia yang memang benar berkata bahwa aku buruk di matanya...
Jika memang pendapatku tak sependapat dengannya, maka teman yang kusukai adalah teman yang memang berkata bahwa dia tak sependapat denganku...
Beberapa orang memang lebih baik berkata yang baik-baik dan menginginkan komentar yang baik-baik dari orang disekitarnya...
Beberapa orang juga termasuk saya menginginkan semua perkataan itu real, entah baik atau buruk...
Terima kasih Ya Allah telah menciptakan dan membuatku lahir di dunia yang penuh dengan berbagai macam keadaan...
Terima kasih karena engkau menciptakanku ditengah-tengah keluarga yang sangat baik dan mengasihiku...
Aku mencintaimu, mencintaimu, mencintaimu... selalu.. :)

Masa Sadarku


Mungkin memang tak terpikir akan menjadi seperti apa aku nanti, yang aku yakini sekarang adalah jika aku berusaha lebih baik maka aku juga akan menjadi sesuatu yang baik dan berguna, bahkan membuat bangga kedua orang tua...

Menyadari diri saja jika mungkin memang aku pernah menjadi sosok yang sombong, egois, pemarah, iri, ataupun pikiran jahat, tetapi tak akan pernah berlangsung lama. selalu saja aku tersadar bahwa aku hidup di bumi hanya mampir sebentar... Penciptaku saja tak pernah menyombongkan hasil ciptaannya, kenapa aku begitu sombong, angkuh dan egois...

Jujur, semakin melihat keadaan atas, semakin ku ingin hal-hal itu.. hal yang membuat semua orang buta akan jati dirinya, buta tentang keluarganya, temannya maupun Tuhannya. Melihat keadaan di atas ku memang tak akan selalu memperbaiki keadaanku, karena ketika ku sadar aku bukanlah siapa-siapa. Keadaan diatas yang ku maksud adalah segala sesuatu yang mewah, anggun, penuh kebahagiaan dan tak kekurangan sesuatu hal apapun. Jika aku mengalami kondisi itu, mendadak ku pejamkan mata untuk mengembalikan diriku kepada kenyataan yang sebenarnya dan lebih banyak mencoba lihat ke bawah bahwa bukan hanya aku yang merasakan hal-hal sulit, tetapi juga mereka yang berada lebih dibawahku...

Dulu, kusadari saat ku masih belum dewasa, aku hanya tau kalau yang kuingin pasti akan terwujud, karena ku tahu kedua orang tuaku mampu memenuhi semua mau ku, tapi perlahan ku ingat bahwa aku memiliki teman yang tidak seberuntung diriku, dan saat itulah aku mulai berpikir dua kali saat akan meminta sesuatu hal yang kuingin, kupikir dua kali bahkan tiga sampai empat kali dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan hambatan kepada diriku sendiri seperti contohnya "memangnya untuk apa aku meminta barang seperti ini?", "apa gunanya barang ini untukku?" "apakah barang ini dapat membuatku lebih baik dari kondisi yang sekarang?" jika tidak, maka tak akan kuminta atau kutagih lagi sesuatu yang kuinginkan itu..

Kasih sayang kedua orang tuaku begitu berarti, mengajarkanku berbagai hal, mulai dari kebahagiaan, kecerdasan emosional, ketidakpastian kondisi, keburukan dunia, kejujuran dan kebohongan, bahkan mereka juga mengajarkanku tentang cara menularkan kebahagiaan kepada orang lain. inginku membalasnya dengan sesuatu yang berarti, dan kupikir sampai sekarang aku masih belum juga bisa menggantinya, mungkin tak akan bisa...

Mulai tumbuh menjadi seseorang yang akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, aku juga menyadari hal-hal yang selama ini hanya kulihat tapi tak benar-benar kulihat yaitu kemunafikan seseorang. Aku pun pernah mengalami hal tersebut, tapi yakin tak sering ku lakukan hal itu. Ya, munafik, banyak orang yang kutemui tak seperti seseorang yang pernah ku dengar atau bahkan yang pernah bertemu denganku sebelumnya.. Bukan berubah, tetapi menyembunyikan sesuatu yang sebenarnya tak perlu disembunyikan untuk memperbaiki keadaan.. Dalam hal ini, banyak yang ingin ku jelaskan, memang ada beberapa alasan yang menjadikan munafik sebagai sesuatu yang terletak di kondisi tragis antara baik dan buruk.. tapi menurutku semua hal munafik itu berdampak buruk juga pada akhirnya.

Pernah ku temui seseorang dengan wajah yang manis, baik hati dan selalu sopan saat berbicara dan menanggapi pembicaraan, tapi aku tak pernah dekat dengannya.. suatu hari aku bertemu dengannya lagi dengan keadaan yang sama seperti awal aku bertemu, munafiknya dia membicarakan sesuatu hal yang membuatku tak nyaman lagi dengannya yaitu kejujuran, bukan karena tema nya yang membuatku tak nyaman tetapi cara dia menyampaikannya. Dia menyampaikan hal tersebut dengan membandingkan orang lain yang ku kenal keduanya, dia bilang dia jujur tetapi dia munafik karena dia berkata jujur di belakang orang tersebut. Dan di hadapannya, aku seolah tak dianggap karena dia sangat sangat sangat akrab dengan orang yang ku kenal buruknya dari kejujuran temanku tersebut...

--Berlanjut--