Aku, Si Sulung.


Kali ini izinkan aku mengapresiasi diriku sendiri melalui tulisan ini :

Anak sulung harus menjadi sosok pemberani meski sebenarnya sedang takut setengah mati, banyak mengalah sebab sosoknya mengayomi. Ia mengetahui beberapa rahasia orang tua yang saudara-saudaranya tak ketahui. Menjadi sosok kawan penuh penerimaan ketika yang dibagikan padanya tak jarang menimbulkan kekecewaan.

Anak sulung sering bingung, sering mengalami beberapa masa saat air matanya tak mampu lagi terbendung.

Ia akan perlahan-lahan mekar dan kekar sebab selalu menjadi peran yang diandalkan. Perlahan-lahan menjadi menakjubkan sebab menjadi manifestasi harapan.

Di balik segala ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan yang belum mendapat jawaban, anak sulung masih akan terus berkembang, masih tidak akan berhenti berkorban.

Anak sulung bahunya harus sekuat baja, hatinya harus setegar karang.