Aku, Si Sulung.


Kali ini izinkan aku mengapresiasi diriku sendiri melalui tulisan ini :

Anak sulung harus menjadi sosok pemberani meski sebenarnya sedang takut setengah mati, banyak mengalah sebab sosoknya mengayomi. Ia mengetahui beberapa rahasia orang tua yang saudara-saudaranya tak ketahui. Menjadi sosok kawan penuh penerimaan ketika yang dibagikan padanya tak jarang menimbulkan kekecewaan.

Anak sulung sering bingung, sering mengalami beberapa masa saat air matanya tak mampu lagi terbendung.

Ia akan perlahan-lahan mekar dan kekar sebab selalu menjadi peran yang diandalkan. Perlahan-lahan menjadi menakjubkan sebab menjadi manifestasi harapan.

Di balik segala ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan yang belum mendapat jawaban, anak sulung masih akan terus berkembang, masih tidak akan berhenti berkorban.

Anak sulung bahunya harus sekuat baja, hatinya harus setegar karang.

Yang tercinta

Orang tuamu mungkin tidak lancar atau mungkin juga sama sekali tidak mengerti Bahasa Inggris. 
Mereka mungkin tidak mengerti teknologi dan tren-tren yang sedang laris.
Mereka mungkin terlihat kuno dan bodoh. Tidak bisa mengajarimu aljabar, tidak mengerti teori ini itu secara panjang lebar.
Mungkin pula kamu pernah malu akan mereka yang menurutmu tidak sekeren orang tua temanmu lainnya.

Dan yang sering terlewati dan belum dipahami, mereka mengerti sekali tugasnya untuk bekerja sehingga kamu punya kesempatan mendapatkan pendidikan tinggi.

Mereka yang paling tahu seperti apa nada tangismu saat baru lahir dulu, mengerti alergi-alergi dan hal apa saja yang harus dihindari. 
Mereka yang paling tahu makanan kesukaanmu, baju favorit pertamamu, tanggalnya gigi susumu, langkah pertama saat kamu belajar berjalan dan jatuh.

Mereka yang sering dianggap tidak keren sama sekali, tanpa kamu ketahui, mencintaimu lebih dari diri sendiri.

Catatan Dewi Tentang Ahmad. (part 2)

Hai masa SMA-ku (nyatanya hanya jadi masa sma)

Kelas depan, kelas belakang. Sekali menoleh keluar jendela nampak senyuman seorang anak laki-laki yang membawa jiwa seorang anak perempuan ke dalam mimpi, selama bertahun-tahun terikat seumur hidup.
***
24 Maret 2015 di Mojomilk cafe yang saat itu sepi.
"Dewi, lagi dimana? Sibuk ga?"

Di rumah. Engga kok, ada apa?

"Bisa ketemu sebentar, ada yang ingin aku bicarakan. Penting."

Bisa. Ketemuan dimana?

"Mojomilk cafe saja, dekat."
***
"Dewi dengarkan aku tanpa menyela, kamu tidak boleh menyela hanya boleh menerima."

"Dewi, aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Lebih tepatnya menyayangimu, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi. Apakah kamu mau menjadi pacarku?"

Heheh bercandaanmu ngga lucu, tentu aku tidak mau..... Tidak mau menolakmu.
***
Denganku kamu tidak selalu bahagia, juga tidak melulu menderita.

Sejak saat itu kita jadi lebih sering bersama. Bermodalkan motor sederhana kamu mengantarku pulang. Sepanjang jalan pulang kamu tak henti-hentinya mengajakku berbicara tentang masa depan. Senang.

"Dewi, suatu hari nanti akan ada masa dimana aku tidak bisa lagi mengantarmu pulang, tidak bisa menghubungimu setiap hari, tidak bisa membantumu saat kamu susah."

Tak apa, aku bisa melewatinya asalkan denganmu.

"Terimakasih, aku beruntung"
***
2018

Ya benar katamu, masa itu sudah terjadi sekarang.
Sampai jumpa di masa yang akan datang, entah kapan.

Catatan Dewi tentang Ahmad. (part 1)

Hai 24 Maret-ku, izinkan aku mengajakmu kembali ke masa-masa itu.

Ingat tidak waktu kamu meminjam kertas kimia ku?
Aku bilang boleh saja, tapi cepat kembalikan, aku sangat membutuhkannya untuk bahan belajar UAS semester 1.
Aku menagih kertas itu padamu tiap kali kamu main di kelasku. Tapi selalu ada saja alasanmu.
UAS semester 1 sudah berlalu dan kamu belum mengembalikan kertas kimia ku. Kesal? Tentu.
Aku bertanya nilai UAS kimiamu, kamu bilang 85 sedangkan aku 80. Hey kamu curang! Ini ga adil.

Ingat tidak waktu aku menginjak kakimu di depan gerbang sekolah? Maaf, itu karena aku kesal padamu. Andai saja kamu kembalikan kertasku pasti nilaiku sudah jauh diatasmu karena semua materi ada di kertas itu.
Mukamu yang meng'aduh' kesakitan itu lucu. Yes! Aku menertawakan itu.

***
Januari 2015, tiba-tiba kamu mengirimiku pesan. Kaget? Sangat.
Mulanya aku menanggapimu biasa lama-lama menjadi obrolan yang menyenangkan.
Alasanku membeli pulsa adalah kamu. Lega jika sudah ada kabar darimu, kalaupun tak ada aku hanya bisa menahan rindu.

***
Aku senang hari ini akan bertemu denganmu, walaupun kamu hanya meminjam buku. Lama sekali menunggumu, tak sabar ingin bertemu.

Pertamakalinya aku merasa begitu nyaman berbicara kepada seorang lelaki dan itu kamu. Semoga pada saat itu kamu juga merasa begitu.

***
Aku tak bisa tidur malam ini, terlalu bahagia karena bertemu denganmu. Ada apa denganku? Apa aku jatuh cinta kepadamu?

Ketahuilah. Sejujurnya aku tidak ingin lebih dari teman. Tapi dahsyatnya cinta monyet sulit ku bendung. Aku berharap lebih padamu.

Surat Untuk Kamu Sang Pencuri Hatiku



Hai kamu..
Orang yang datang ke dalam hidupku akhir-akhir ini. Aku masih tidak mengerti tentang tujuanmu datang ke dalam hidupku. Jika kamu hanya ingin bermain-main saja dengan perasaanku, maka segera pegilah. Karena aku tak mau sakit hati di kemudian hari. Tetapi, jika kamu yakin tentang perasaanmu kepadaku, maka tunjukanlah. Karena aku tak mau menunggu sesuatu yang semu.

Hai kamu..
Aku tak sebaik seperti yang kamu lihat. Aku juga punya sisi yang lain dari diriku. Mungkin kamu berpikir tentang aku yang ada di dalam imajinasimu. Dan yang kamu ketahui tentang aku itu yang terlihat olehmu saja. Dangkal sekali pemikiranmu, kamu masih jauh dari kata benar. Karena kamu tak menganalisisnya lebih dalam.

Hai kamu..
Coba pikirkan ulang tentang perasaanmu itu. Kamu terlalu cepat meyimpulkan perasaanmu. Karena ini masalah hati dan aku tak mau bermain-main dengan hati, atau aku akan merasakan sakit hati.

The Stranger



Aku berada di posisi terbuka. Aku berada di posisi dimana lawan dan kawan bisa saja datang tanpa sepengetahuan. Berharap kawan dapat menyembuhkan dan lawan hanya akan menambah luka dan beban.

Dan tibalah orang asing.
Terlihat baik, seperti ingin menyembuhkan, layaknya seorang kawan.
Tetapi membawa senapan, seperti ingin memberikan serangan, layaknya seorang lawan.
Entah, harus aku anggap apa orang asing ini.

Harus bagaimana aku menanggapi orang asing ini ?
Aku takut jika orang asing ini hanya bermain-main dengan perasaanku. Aku takut jika aku terlalu menanggapinya, bisa saja dia meninggalkan aku kapanpun. Namun, aku juga tidak mau munafik. Aku mengharapkan kehadirannya.

Berharap orang asing ini tidak menyerang dan memberikan luka yang sempurna, karena luka yang sempurna sulit disembuhkan.
Aku jatuh cinta.

DEWANTHI(EVE) HO(RRIBLE)LIDAY : BAJUL MATI BEACH

Hello! Liburan kali ini gue dan keluarga pergi ke Pantai Bajul Mati yang ada di Malang Selatan. Oke, awalnya kita ragu buat ke pantai. Karena pantai terlalu mainstream buat gue. Tapi pantai itu...

Butuh 4-5 jam untuk sampai di pantai yang kita tuju, jalanannya berkelak-kelok dan naik turun. Agak bikin gue deg-degan karena jalanannya juga bikin kita pusing. Di perjalanan gue ngobrol bareng sama saudara-saudara gue. Gue tergolong orang yang nggak sabaran, entah karena gue bosen di mobil, pusing, atau emang gak sabar mau berenang, karena di perjalanan gue selalu nanya "Ini masih jauh ?". 3/4 perjalanan sudah berlalu, tiba-tiba gue minta berhenti. Yes, I felt dizzy dan mau muntah karena kondisi jalan yang memang lumayan memusingkan. Akhirnya Ayah berhentiin mobil di pinggir jalan, kita berhenti sekitar 10 menit untuk mencari udara segar. Akhirnya kita lanjut, setelah memasuki hutan dengan background jejeran bukit, gue langsung kagum dan bilang "wow, that's beautiful!" dan Ayah langsung nyeletuk bilang kalo itu belum apa-apa, nanti pantainya lebih luar biasa. Perjalanan berangkat bisa dibilang cukup lancar ya, karena tanjakannya tidak terlalu curam dan lebih banyak menurun.


Di daerah Malang selatan ini ada beberapa pantai yang bagus-bagus dan masih bisa dibilang perawan, karena sepi. Tinggal pilih aja mau ke pantai mana. Ketika memasuki daerah pantai-pantai ada bukit batu dan sungai air payau yang airnya biru dan membelah jalan kita, tapi belahan sungai tersebut dihubungkan dengan jembatan yang modelnya unik. Sayang, kita nggak foto di jembatannya.

Setelah berpanas-panasan sebentar di dekat jembatan untuk sekedar foto dan melihat keadaan sekitar, akhirnya kita melanjutkan perjalanan yang tinggal beberapa menit lagi. Setibanya di pantai, kita masuk dan membayar Rp. 40.000 untuk 7 orang pengunjung ditambah mobil. Setelah memarkirkan mobil, kita turun dan melihat keadaan sekitar. Sepi banget! Cuma ada beberapa rombongan di pantai itu yang bisa dihitung oleh jari tangan. Lalu kita mencari warung terdekat untuk membeli nasi, karena Mama cuma memasak lauknya. Abis beli nasi, kita menuju salah satu tempat duduk yang dipayungi di tengah pantai untuk Brunch.


Setelah Brunch, kita duduk-duduk sebentar sambil foto-foto. Hari itu panas banget, pasir pantainya pun seperti berada di atas kompor.






Pantai yang ditunjukin Ayah emang lebih sepi, bersih, dan halus pasirnya. Gue langsung ganti pakaian, dan saudara-saudara pun ngikutin untuk ganti pakaian dan celana untuk main air sebentar dan foto-foto. Semua gadget, dompet, dan apa pun yang gue punya, gue titipin di dalem tasnya Mama. Ayah ngajak kita untuk menuju ujung pantai, it took like 20 minutes to get there. Kita jalan sambil main air, sambil foto-foto, sambil ketawa-tawa. Belum jauh dari tas yang kita tinggalin, gue ngeliat ada bapak-bapak berambut panjang, nggak pake baju dan memakai celana biru pendek jalan dari arah batu karang ke arah kita. Gue liatin terus, lalu dia balik lagi dan menghilang. Beberapa menit kemudian saat kita jalan semakin jauh dari pantai, gue ngeliat ada bapak-bapak dengan celana hitam panjang ada di pantai itu juga, gue ngeliatin terus ke arah dia, dan karena gue gak mau kehilangan kesempatan bersenang-senang, gak mau lah gue ngeliatin dia terus dan mengabaikan keindahan pantainya. Ya, kita jalan terus sampe ujung dari pantai itu.

Udara semakin panas karena makin masuk tengah hari. Pasir pantai pun ikut memanas, makanya kita milih jalan dipinggir pantai yang terkena air. Jalan menuju ujung pantai lumayan jauh, bikin capek juga, apalagi panas-panas begitu, tapi akhirnya kita sampai juga di ujung pantai. Di ujung pantai ada bangunan yang entah apa itu fungsinya, gue duduk disitu sama Fian (Adik sepupu gue) sambil ngadem. 

Perjalanan pulang nggak semulus pas berangkat, karena ada beberapa tanjakan curam yang mengerikan. Beberapa kali mobil nyangkut ditengah tanjakan karena nggak kuat dan mundur hampir nabrak mobil orang. Anak-anak dalem mobil panik semua, karena kejadian itu nggak cuma sekali, tapi sekitar 3-5 kali. Gue kali ini duduk di depan supaya nggak mabok, gue tidur sepanjang jalan, mungkin karena capek. Saat memasuki kota Malang, kita nggak langsung pulang, kita nyari makan dulu karena kita juga belum makan dari siang.

FYI, di pantai Bajul Mati ini banyak larangan dan info agar kita tak membuang sampah sembarangan. Oh ya, mau dilarang seperti apa pun, kalau nggak punya kesadaran nggak akan bisa. And you know what? At least, kita membawa kembali sampah-sampah yang kita bawa dan tidak menyampah di sana. Kita juga tak merusak apa pun di sana.

Banyak banget pelajaran dan moment-moment yang gak akan terlupakan dari perjalanan kali ini. Sampai detik saat gue nulis ini pun, pegel dan lecet di kaki masih terasa nyerinya.